
Harkitnas 2025 sebagai Momentum Kebangkitan Pendidikan
- ArtikelMotivasiPendidikanTestimoni
- May 18, 2025
- No Comment
- 9
Penulis : Imam Syafei
Adalah Kader Golkar Institute
ARTIKEL – Setiap 20 Mei kita memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Pada bulan yang sama, tepatnya 2 Mei kita juga memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Dua peringatan hari besar itu memiliki makna besar bagi perjalanan bangsa. Keduanya memiliki hubungan yang begitu erat sebab pendidikan menjadi fondasi utama bagi kebangkitan nasional. Dengan pendidikan seseorang memiliki kesadaran dan semangat untuk berkontribusi memajukan bangsa Indonesia.
Pendidikan menjadi fondasi penting bagi kebangkitan bangsa mana pun di dunia. China, Jepang, Finlandia, dan Amerika Serikat adalah sedikit contoh negara yang menggapai kemajuannya melalui pendidikan. Karenanya, jika Indonesia ingin maju dalam segala bidang maka perlu menjadikan sektor pendidikan sebagai prioritas utama. Melalui pendidikan yang berkualitas, Indonesia dapat mencetak insan-insan yang unggul, kreatif, dan inovatif.
Menurut Mulyono (2010), pembangunan pendidikan pada dasarnya sama pentingnya dengan pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi akan sulit digerakkan jika sumber daya manusia (SDM) tidak mempunyai kemampuan. Sebagai bahan perbandingan, dapat dilihat negara-negara seperti Jepang, Korea, Singapura dan lainnya tidak memiliki sumber daya alam yang memadai, tetapi mereka memiliki SDM yang andal, yang mendukung pergerakan roda ekonomi negara untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya sehingga mereka dapat menikmati kehidupan yang layak.
Beberapa Tantangan
Pendidikan menjadi salah satu faktor penting yang kita butuhkan dalam mencetak generasi bangsa yang unggul. Pendidikan juga merupakan hak dasar bagi setiap warga negara. Karena dengan pendidikan, setiap warga negara diharapkan mampu memunculkan potensi terbaik mereka, mengatasi tantangan hidup yang akan yang semakin kompleks, dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Meski demikian, sektor pendidikan kita manghadapi berbagai tantangan serius yang mesti dibenahi.
Pertama, ketimpangan akses pendidikan. Masalah kesenjangan akses masih menjadi persoalan serius yang harus diperhatikan pemerintah. Dalam hal ini banyak faktor yang menyebabkan melebarnya kesenjangan tersebut, salah satunya keterbatasan ekonomi. Kondisi ini semakin diperparah di daerah pelosok, di mana akses ke sekolah sangat terbatas dan masih banyak anak yang harus berjalan kaki puluhan kilometer untuk bisa sampai di sekolah.
Kedua, rendahnya kesejahteraan guru. Rendahnya kesejahteraan guru di Indonesia menjadi isu yang belum terselesaikan. Padahal kesejahteraan guru sangat memengaruhi kualitas pendidikan. Gaji guru, terutama guru honorer, seringkali jauh di bawah UMR dan bahkan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kondisi ini memicu frustrasi dan kurangnya motivasi dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik,
Dalam konteks inu, pemerintah dan pihak terkait perlu mengambil langkah nyata untuk meningkatkan kesejahteraan guru agar mereka dapat mengajar dengan lebih baik dan memberikan pendidikan yang berkualitas bagi para siswanya.
Ketiga, anak putus sekolah. Anak putus sekolah merupakan masalah kompleks yang dampaknya sangat luas. Angka putus sekolah yang tinggi akan melahirkan pengangguran, kemiskinan, dan masalah-masalah sosial lainnya. Penyebabnya adalah masalah ekonomi hingga kurangnya dukungan dan motivasi dari lingkungan sekitar.
Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2023 menunjukkan 86,34 persen anak Indonesia sudah duduk di bangku SMA, SMK, MA, atau yang sederajat. Namun, 33,21 persen di antaranya putus sekolah (Detik.com, 12/12/2024).
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi anak putus sekolah seperti pendidikan nonformal, pelatihan keterampilan, dan pendampingan sosial. Selain itu, dibutuhkan peran pemerintah pusat dan daerah untuk mengatasi persoalan anak putus sekolah. Pemerintah dapat memberikan bantuan dan subsidi pendidikan, serta memastikan bahwa semua anak memiliki akses ke pendidikan yang berkualitas.
Dengan demikian, beragam persoalan tersebut harus menjadi perhatian dan dicarikan solusi. Jangan sampai persoalan itu berlarut-larut tanpa perbaikan. Karena itu, semangat Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) kali ini seharusnya mampu menjadi daya dorong bagi semua pihak untuk membenahi segala persoalan yang ada di sektor pendidikan.