
Idul Fitri dan Semangat Meneguhkan Pendidikan Karakter
- ArtikelKegiatanMotivasi
- March 30, 2025
- No Comment
- 5
Penulis : Imam Syafei adalah Founder Adam Hawa Institute
MANGIMAM.ID – Setelah sebulan kita menjalankan ibadah puasa ramadan, akhirnya Allah Swt mempertemukan kita kembali dengan hari raya Idul Fitri. Semua ini ditandai dengan lantunan takbir, tasbih, dan tahmid yang menggema di seluruh penjuru negeri. Lantunan takbir, tasbih, dan tahmid merupakan ekspresi pengakuan terhadap kebesaran dan keagungan Sang Pencipta. Hal itu juga merupakan ungkapan rasa syukur karena kita telah mampu mengendalikan hawa nafsu yang dapat merusak ibadah puasa.
Sebulan penuh menjalankan ibadah puasa ramadan dengan penuh khusuk merupakan nikmat yang patut kita syukuri Bersama. Meskipun suasana ramadan tahun ini agak berbeda dengan sebelumnya akibat himpitan ekonomi, tetapi semua itu tidak menyurutkan motivasi umat untuk terus beribadah.
Ritualitas ibadah Ramadhan dan peryaan Idul Fitri membuahkan kebaikan dan keberkahan. Spirit kebaikan dan keberkahan menyertai dan membingkai semua amaliah ibadah Ramadhan, tidak hanya saat berpuasa di siang hari, tetapi juga saat beribadah di malam hari.
Ramadhan itu merupakan laboratorium pendidikan kemanusiaan yang didesain untuk mengembangkan kematangan jiwa, keunggulan intelektual, kedalaman spiritual, kedewasaan emosional, dan integritas moral shaimin dan shaimat. Jika ditilik dari teori hirarki (piramida) kebutuhan Abraham Maslow, humanitas ibadah Ramadhan itu, tercermin dari pemenuhan kebutuhan dasar, kebutuhan psikologis, dan kebutuhan aktualisasi diri sekaligus, yaitu: menjadi pribadi sehat jasmani dan rohani, berkarakter positif, berkepribadian baik, dan berkarya produktif (Abdul Wahab, 2024).
Pesan Penting
Perayaan Idul Fitri paling tidak memiliki beberapa pesan penting. Pertama, sebagai momentum untuk mendekatkan diri kepada Allah. Selama sebulan penuh kita menjalankan ibadah puasa dengan tujuan dapat mencapai derajat takwa dengan rangkaian ibadah ritual selama sebulan tersebut.
Saat melaksanakan ibadah shalat tarawih berjamaah akan menjadikan hubungan hamba dengan Allah Swt semakin dekat. Lantunan ayat suci Al-Qur’an di bulan Ramadhan juga mendidik kita untuk memahami pesan-pesan moral untuk kita jadikan pegangan dan sumber kebahagiaan.
Sementara zakat fitrah yang kita keluarkan sebagai sarana untuk mensucikan jiwa dan memupuk kepedulian terhadap sesama terutama dengan mereka yang hidup dalam keterbatasan ekonomi. Dengan rangkaian ibadah tersebut kita akan menuju kemenangan di hari raya Idul Fitri.
Kedua, momentum memperkuat pendidikan karakter dalam keluarga. Dalam suasana Idul Fitri terkandung nilai-nilia pendidikan karakter. Misalnya, dalam tradisi salam-salaman di hari raya Idul Fitri dapat dijadikan sebagai pendidikan kepada anak-anak kita bahwa dalam hidup ini kita harus saling memaafkan dan tidak menjadi pribadi pendendam. Dengan begitu, anak diajarkan untuk selalu menghormati orang lain. Momen ini juga mengingatkan bahwa di dunia ini tidak ada seorang pun yang sempurna.
Tradisi main ke rumah saudara dan tetangga dekat bisa dijadikan sarana untuk menjelaskan kepada anak bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang saling ketergantungah satu dan yang lainnya. Kita tidak dapat hidup sendirian. Dalam hidup ini kita membutuhkan kehadiran saudara dan tetangga.
Sementara tradisi memberikan hadiah (bingkisan/uang) di momen Idul Fitri merupakan sarana untuk mendidik anak-anak kita untuk menjadi pribadi yang suka berbagi kepada sesama. Dengan demikian, kelak mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak pelit lebih-lebih kepada saudara dekat.
Idul Fitri bukan sekadar rutinitas tahunan yang tak bermakna. Di dalamnya terdapat banyak pesan dan hikmah yang bisa kita tangkap untuk kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Semoga hari raya Idul Fitri kali ini mampu menjadikan kita sebagai pribadi yang muttaqin dan berakhlak mulia. *)