Mengembalikan Semangat Belajar Siswa Pasca Liburan
- Artikel
- January 6, 2025
- No Comment
- 0
Oleh : Imam Syafei sebagai Founder Adam Hawa Institute
mangimam.id – ARTIKEL : Liburan semester pertama sudah berlalu. Kini waktunya para siswa dan guru kembali ke sekolah untuk memulai kegiatan belajar mengajar di semester kedua. Biasanya, pasca liburan kegiatan belajar mengajar tidak berjalan seperti biasanya. Hal itu dikarenakan anak-anak masih terbawa suasana liburan dengan waktu yang cukup lama. Liburan yang diisi dengan berbagai aktivitas sepeerti bermain, jalan-jalan, dan rebahan sambil main smartphone sedikit banyak berpengaruh terhadap kesiapan anak-anak menerima pelajaran baru di awal semester kedua ini.
Dengan beragam kegiatan liburan yang mengasyikkan itu, tidak sedikit para siswa yang justru kehilangan fokus sehingga sulit menerima mata pelajaran. Dalam konteks inilah semangat belajar mereka perlu dikembalikan dan terus didorong agar motivasi belajarnya kembali seperti semula. Tentu, dalam upaya memberikan motivasi tidak perlu dipaksakan. Kalau terlalu dipaksakan anak-anak justru tertekan dan semakin sulit mengembalikan semangat belajarnya.
Untuk memulai pembalajaran baru, sebaiknya guru menyesuaikan dengan kondisi anak-anak dengan melakukan pembelajaran secara perlahan. Guru perlu mendorong antusiasme belajar anak-anak tanpa harus memaksa. Di sinilah pentingnya peran semua pihak, baik guru, siswa, dan orang tua. Dengan kerja sama ini diharapkan anak-anak lebih mudah beradaptasi mengikuti proses pembelajaran setelah menghabiskan waktu liburan bersama keluarga.
Peran Orang Tua
Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan (Purwanto, 2004). Dalam konteks itu, keluarga menjadi lingkungan pertama bagi anak-anak dalam menerima segala bentuk pembelajaran. Di sini, orang tua menjadi sekolah pertama bagi anak-anak. Kalau mereka mendapatkan pendidikan yang baik, maka dapat dipastikan anak-anak akan tumbuh dengan baik. Sebaliknya, bila orang tua kurang maksimal dalam memberikan pendidikan akan berdampak buruk bagi perkembangan mereka di masa mendatang.
Wahidin (2019) menegaskan bahwa kesadaran orang tua terhadap tanggung jawab dan peranannya sebagai pendidik yang pertama dan utama sangatlah mempengaruhi perkembangan diri anak. Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat juga merupakan pangkal dari terbentuknya masyarakat. Oleh karena itu keluarga merupakan wadah yang pertama dan fundamental bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai pendidik maka untuk mendukung keberhasilan belajar anaknya perlu adanya dorongan atau motivasi dari keluarga terutama orang tuanya sebagai pendidik yang utama (al-ummu madrasatul ula). Karena itu, setelah libur panjang dan mau memasuki semester kedua, orang tua perlu memberikan motivasi dan memberikan penjelasan bahwa di periode semester kedua akan lebih menatang dibandingkan semester sebelumnya. Sehingga anak-anak perlu mempersiapkan diri mengahadapi proses pembelajaran di semester genap ini.
Orang tua sebagai pendidik harus senantiasa memperhatikan perkembangan pribadi anak sebagai penentu dalam perlakuan pendidikan yang sesuai dengan periode atau tingkat usia serta kemampuan berfikir anak. Dalam hal ini orang tua harus senantiasa memberikan dorongan kepada anaknya agar memiliki semangat dalam belajar, khususnya dalam belajar di rumah sebagai penunjang keberhasilan prestasi di sekolahnya.
Saya yakin, dengan upaya orang tua ini dan bantuan para guru di sekolah anak-anak akan lebih termotivasi memulai pelajaran baru dan mudah menyerap semua materi yang dipaparkan oleh guru.
(Penulis : Imam Syafei)