Prospek Dunia Pendidikan Pasca Pandemi
- ArtikelKegiatanPendidikan
- September 18, 2022
- No Comment
- 65
Imam Syafei Sebagai Presidium KAHMI Kabupaten Bandung disampaikan pada saat seminar pendidikan HMI Komisariat Tarbiyah Cabang Kabupaten Bandung tgl 18 september 2022 di ponpes al hilal panyileukan
Mangimam.id – Bandung – Alhamdulillah, kita patut bersyukur bisa melewati pandemi Covid-19. Meskipun demikian, dunia pendidikan dalam beberapa tahun terakhir terombang-ambing dan menghadapi tantangan baru yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Tentu, tidak hanya Indonesia yang terkena dampaknya, negara-negara di dunia pun menghadapi nasib serupa.
Kemunculan pandemi Covid-19 sontak mengubah kegiatan proses belajar-mengajar yang sebelumnya dilakukan di ruang kelas, tiba-tiba proses pembelajaran mengharuskan di rumah dengan media berupa gadget atau smartphone. Untungnya lagi, pandemi hadir di tengah perkembangan teknologi komunikasi sehingga dapat membantu anak-anak melanjutkan proses pembelajaran. Kita tidak bisa membayangkan jika pandemi Covid-19 ini terjadi tidak berbarengan dengan kemajuan teknologi digital, maka bisa dipastikan kita akan menghadapi kesulitan. Melalui kecanggihan teknologi, kita masih melakukan berbagai aktivitas di tengah mewabahnya virus Corona.
Kemajuan teknologi kontemporer telah membentuk ulang cara kita berinteraksi dan berkomunikasi yang menjadi ciri kemajuan masyarakat modern. Munculnya dunia maya telah menggeser hampir seluruh aktivitas kita yang awalnya dilakukan di dunia nyata (offline), kini beralih ke dunia maya (online).
Digitalisasi Pendidikan
Meskipun kehidupan mulai normal kembali setelah pandemi, namun dunia pendidikan kita masih menghadapi banyak persoalan, salah satunya terkait digitalisasi. Sejak pandemi Covid-19 menyebar ke seluruh penjuru dunia, dampaknya menghantam proses pembelajaran, baik di sekolah maupun kampus. Artinya, pembelajaran dilakukan di rumah secara daring (online). Kondisi tersebut, mau tidak mau harus kita tempuh mengingat hanya dengan teknologi proses pembelajaran dapat berjalan terus.
Yang menjadi persoalan selanjutnya adalah kesenjangan semakin tampak karena kemampuan setiap sekolah atau orang tua dalam memanfaatkan teknologi sangat beragam. Berbagai pertemuan, pembelajaran ataupun rapat dilakukan secara online. Kesenjangan perangkat komunikasi dan jaringan internet di daerah pelosok menjadi persoalan tersendiri yang justru menghambat proses belajar-mengajar. Akibatnya, upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia juga menemui hambatan.
Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), di Provinsi Papua hanya ada 41,88% siswa/mahasiswa yang mengakses internet dalam tiga bulan terakhir tahun 2021. Lebih dari separuh atau 58,12% pelajar lainnya tidak terhubung ke internet selama periode tersebut. Setelah Papua ada Maluku Utara, dengan persentase siswa/mahasiswa yang mengakses internet 47,96%, kemudian Aceh dan Nusa Tenggara Timur dengan persentase masing-masing 57,66% dan 61,02%. Pelajar dengan akses internet terbanyak ada di DKI Jakarta. Hampir seluruhnya atau 99,79% siswa/mahasiswa di Ibu Kota mengakses internet dalam tiga bulan terakhir tahun 2021 (Katadata.co.id, 01/07/2022).
Oleh karena itu, di era teknologi digital yang sedang menuju ke arah revolusi industri 5.0, kita semua harus berbenah, terutama dunia pendidikan sebagai wadah untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualiatas. Sebab, sangat mustahil kita bisa menghindar dari segala perubahan akibat perkembangan teknologi yang semakin pesat.
Kemampuan menyesuaikan, menguasai dan mengembangkan teknologi menjadi salah satu komponen penting di masa-masa ini. Pengalaman dari negara maju menunjukkan bahwa iklim pendidikan mereka baik karena memang didukung dengan peningkatan dalam kemampuan teknologi. Dunia pendidikan Indonesia harus berinovasi mengikuti perkembangan teknologi yang ada. Kalau tidak, maka dunia pendidikan kita akan tertinggal dan imbasnya adalah kualitas sumber daya manusia kita juga rendah.
Di samping itu, pemerintah harus membuat kebijakan yang memberikan kemudahan dan pemerataan akses jaringan internet bagi para siswa di seluruh Indonesia khususnya bagi mereka yang tinggal di daerah pelosok yang selama ini memang kesulitan dalam mengakses internet. Pemerataan akses internet menjadi prasyarat keberhasilan dunia pendidikan Indonesia di masa mendatang.
Dan, yang tidak kalah pentingnya adalah guru harus melek teknologi. Ahmad Sopian (2016) menyatakan, guru merupakan figur sentral dalam penyelenggaraan pendidikan, karena guru adalah sosok yang sangat diperlukan untuk memacu keberhasilan peserta didiknya. Betapa pun baiknya kurikulum yang dirancang, namun pada akhirnya keberhasilan para siswa sangat tergantung pada pertanggung jawaban guru dalam melaksanakan tugasnya.
Rendahnya kompetensi dan penguasaan teknologi akan menjadi penghambat bagi guru di era digital saat ini. Jangan sampai guru kalah dari peserta didiknya yang kesehariannya sangat popular dengan dunia digital. Guru mesti berpindah dari pengajaran yang monoton dengan sistem ceramah ke pengajaran berbasis digital (online). Hal ini penting sebagai upaya untuk mengurangi kejenuhan para siswa di dalam kelas.
Era revolusi industri 4.0 merupakan tantangan tersendiri bagi guru Indonesia. Oleh karena itu, guru yang profesional tidak hanya menguasai empat kompetensi—kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Di era internet seperti sekarang ini, seorang guru harus memiliki kompetensi tambahan, yaitu kompetensi digital. Kompetensi ini sangat penting agar guru mampu berinovasi untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Dengan adanya guru yang berkualitas yang ditunjang dengan penguasaan teknologi digital, maka kita optimis Indonesia akan mampu melahirkan generasi-generasi bangsa yang mampu membawa negeri ini lepas landas menjadi negara maju.